Aku ingin menggambar paranoiamu di tembokku.
Jamur-jamur tembokku merayapinya.
Menjadi warna.
Menjadi warni.
Masker-masker bergantungan bergelayutan di jemuran.
Sebuah kota, 2020,
disusun oleh masker-masker.
Maskara tak ada arti lagi hari ini.
Di emberku, cucian mengepulkan asap.
Seperti tanda bahaya di sore yang janggal,
seperti kemah yang menyiratkan unggun.
Bagaimana caranya menenggak alkohol,
ketika bakteria-bakteria kosmopolit
mengkoloni tanganku,
menyabotase bibirku?
Adalah jarak.
Ketika ufuk jatuh di barat,
aku akan memberimu sepotong puisi yang koyak.
Dan kau ‘kan menelannya.
Utuh.