Suatu hari nanti, kita akan berpisah. Kita akan menuju ujung langit tempat kita menggantung cita-cita masing-masing. Tapi kita tahu bahwa langit adalah tempat yang misterius. Karenanya banyak yang tak berani, banyak yang patah di tengah jalan, banyak yang kalah sebelum memulai, banyak yang beralasan babibu. Beberapa lainnya melaju terus, meski dengan kompromi sesekali.
Ada hal-hal yang harus dikorbankan untuk menuju langit, menuju ujung dimana tergantung mimpi-mimpi. Kita harus melepaskan jarak dengan bumi, dengan rumah, dengan hal-hal yang biasa kita hirup setiap harinya. Kita harus melesat menuju angkasa yang luas, yang bahkan kita tak tahu dimana ujungnya, tapi kita yakini seutuhnya ujung itu ada. Mimpi-mimpi itu nyata.
Kita juga akan dianggap tak waras. Bahkan oleh diri kita sendiri. Langit dan mimpi-mimpi memang terdengar seperti omong kosong. Kita berusaha mencerna absurditas, hal-hal yang tak real, benda-benda yang imajiner. Kita hanya berbekal degup di dada, gairah primitif, dan kalkulasi seadanya. Sisanya adalah petualangan, kepercayaan pada entah-apa, dan bayangan kekalahan.
Tapi, saya selalu suka pada para pemimpi. Orang-orang yang didorong oleh misteri. Orang-orang yang berjudi demi sesuatu yang tak nyata. Orang-orang yang bernyali menciptakan jurang dengan realitas, dengan rutinitas, dengan kenyamanan. Orang-orang yang kepalanya penuh ide meletup. Orang-orang yang sadar betapa bengisnya wajah kekalahan, tapi tak mundur. Satu langkah pun.