Terinspirasi dari catatan pinggir Goenawan Mohamad, senin 11 april 2011.
Lalu didorong suatu rasa setelah membaca kumpulan sajak berjudul “kukenal kau lewat malam”
Mungkinkah hidup hanya berbekal malam, sebatang pena, dan sepotong kertas lecek?
jari jemari menari dibawah sinar dian
pikiran berkelana dalam ruang idea yang liar
bikin sajak yang cengeng
tenggelam dalam kedalaman jiwa yang terdalam
Bahagiakah hidup dalam gulita pekat ditemani bias cahaya bulan?
merenung tentang cinta dan kematian
tersesat dalam filsafat yang penuh bahaya
menjadi kecewa karena jawab tak tertemu
hilang asa, ingin mati saja
Bisakah berteman dengan kegelapan, sementara matahari telah jadi musuh?
sinarnya menyilau retina yang lelah
bakar tubuh hingga peluh jatuh
lalu malam muncul dari balik jendela
bercerita tentang ketidakpastian