Tak lagi kupandang gumpal awan yang benar-benar putih
Warna abu-abu samar yang jahat lebih sering tampak
Tak pernah lagi kujumpa sungai yang masih jernih tak terkontaminasi
Tangan manusia tak bertanggung jawab mengotori atas nama industrialisasi
Bibir pantai yang hangat pun disisir lautan yang tak sebiru dulu
Mungkin saja makhluk berjumlah miliaran bernama ikan akan punah suatu hari
Hijau pohon memudar seiring tumbangnya jutaan pohon
Mungkin mereka menangis dan air mata menyamarkan hijaunya
Di kejauhan cakrawala, matahari menyapa hangat dahulu
Sekarang tak lagi, sinarnya panas merusak
Hujan juga tak sekedar membasahi daratan
Kali ini titik-titik hujan lebih sering berujung musibah
Bumi tak seindah dahulu ketika nenek moyang merawat dengan seksama
Kita tak ada yang memerhatikan apa yang bumi alami, yang bumi tangisi
Kita lebih suka bergaul dengan lembaran kertas bertulis rupiah
Kita lebih mementingkan kepentingan perut
Kita lebih suka mengelak dari kenyataan yang berubah signifikan
Kita lebih sering mengeluh daripada berbuat, mengusahakan sesuatu
Tak perlulah berdebat ini semua salah siapa
Atau beradu mulut tentang siapa yang harus bertanggung jawab
Kita semua penyebab tangisan bumi yang bisu
Benahi bumi ini dari dalam hati kita, salurkan keluar dan sebarkan ke ujung dunia sekalipun
Setiap kebajikan kecil yang kita bentuk, percayalah itu memberi pengaruh
Pengaruh bagi keadaan bumi
Pengaruh bagi binatang-binatang dan tumbuhan yang tak berakal di luar sana
Pengaruh bagi keberadaan kita sebagai manusia
Dan lebih mulia bagi penerus kita di bumi ini kelak